25.6.10

Pigura Kadaluarsa di Rumah Mimpi Lana (Cerpuen Tandem)

Malam baru saja datang. Namun percakapan dua insan karib itu sudah panjang. Hampir satu pak roti habis menemani perjalanan diskusi dua (orang yang mengaku)anggota Power Ranger itu.

Lexa melemparkan pandangannya keluar jendela, ke arah langit. Seperti sedang menatap sesuatu disana. Mencari pembenaran akan suatu hal. Penasaran, Lana jadi ikut-ikutan melongok ke arah jendela. Lana kembali mendengarkan khutbah panjang karibnya itu.

CITA-CITA - Lana menerawang, sambil tetap mendengar. Daya tangkapnya bekerja, Search engine otaknya menerima sinyal yang dikirim dari indera pendengarannya. Puluhan milisecond sudah berjalan namun arsip-arsip didalam memory otaknya masih dicari-buka. Bolak-balik. Mondar-mandir. Maju dan mundur, melewati milyaran milisecond yang bernama "ingatan". Adegan flasback yang bolak-balik melewati memori otaknya menyesuaikan apa yang diceramahkan oleh Lexa.

Lana memang tergolong pribadi yang multitasking, jadi sambil mendengarkan celoteh Lexa, Lana pun menerawang. Tak ada hasil yang cukup banyak dalam pencarian sel-sel otaknya malam itu. Baginya "CiTA" ditemukan hanya dalam dua hal, "CITA" nama teman kosnya dan sebuah bayangan Rumah yang berfondasi "MIMPI". Rumah yang selalu bergonta-ganti cat, pernah direnovasi,ditambahkan jendela, pernak-pernik,namun juga bahkan pernah hampir dibongkar paksa oleh pemiliknya sendiri. Dan kini Rumah itu tetap" Ada", namun serasa "kosong". Hampir mirip sebuh kotak besar yang sengaja dianggurkan, entah mulai kapan karena sepertinya sudah cukup lama dibiarkan.

Memiliki cita-cita yang berganti-ganti sejak kecil adalah hal yang lumrah. Siapa juga dari janin, tahu kelak kita akan menjadi siapa, dan apa.. Jadi tidak salah untuk bermimpi. Seperti halnya Lexa, Lana juga mempunyai cita-cita yang berubah-ubah saat masih kecil. Arsitek,Insinyur (padahal itu kan cuma titel entah kenapa ngetren banget untuk dijadikan cita-cita pada akhir 90an saat itu :), pramugari, wartawan, reporter, dan masih banyak lagi deretan capturan foto-foto refleksi cita-cita yang pernah terpigura dan melengkapi RUMAH MIMPI milik Lana itu. Dan sekarang Rumah Mimpi itu sedang berhenti pada satu pigura, entah sebenarnya dia tidak terlalu menggebu-gebu mengginginkannya terpajang di rumah itu. Hanya sebuah cita-cita yang akhirnya tersampaikan dan terealisasikan. Nah apa yang salah dengan mimpi yang terealisasikan, bukankah sebuah kepuasaan batin mimpi telah tercapai ?. TIDAK. jawabannya adalah tidak. Atau bisa dikatakan "BELUM". Lana merasa terjebak dalam mimpinya sendiri. Lana memang sedang berada dalam salah satu impiannya itu. Di masa lampau ia ingin berdiri di titik itu. I dont belong here , kata-kata itu selalu menghantui langkahnya menjalani impian itu. Ia ingin kembali, namun siapa dirinya, ia hanya Lana bukan penguasa waktu. Ia sudah tiba disini, tidak ada jalan kembali, dan waktu takkan pernah kembali. STUCK. Dan jika sudah begini Lana selalu ingat apa yang pernah Lexa katakan "selalu ada jalan di ujung sana, meski sempit".

Lana tersenyum, setelah melihat Lexa menyerukan "AKU" dengan lantang layaknya caleg sedang mendeklarasikan diri.
"Aku tahu ingin jadi apa. Cita-cita yang sejak lama mengalir dalam nadiku tanpa aku sadari."
"Apa?"
"Aku ingin jadi... AKU !"
"WHAT?"
Ah..Aku kira apa. Gila, aku sudah kegirangan ingin mendengar sesuatu yang lebih "wah". Lana meyeringai. Namun, sedetik kemudian otak Lana kembali bekerja. Memang, Tiada impian yang lebih muluk selain menjadi AKU. Hidup ini adalah TENTANG AKU. TENTANG DIRIKU, bukan persepsi tentang aku, bukan impian siapa-siapa melainkan AKU, bukan...,bukan ikut-ikutan menjadi AKU. TAPI ...HANYA AKU. Jadi apakah salahku jika aku tak lagi menginginkanmu MIMPIKU ?. Lana kembali mendirikan tembok-tembok pertanyaan.

"Tapi Lan, kalau bercita-cita jadi AKU, kita harus kuliah mengambil jurusan apa yah?"

Dang!, Lana langsung merasa garing----------------krik..krik...

"Sebaiknya kau segera menjadi Founder sekolah AKU dan mendirikan jurusan AKU, aku bersedia jadi wakil kepala sekolahnya kok ,Deal?"

-Keduanya tersenyum bersamaan-

"Ah, susah sepertinya.. "
"Jelas, ide gila..."
"Bukan seperti itu"
"Maksudmu ?"
"Yap ini memang ide gila "
"Sangat!"
"Namun ,...jika akan benar-benar kudirikan akan sangat sulit menemukan sertifikasi ISO dan akreditasi for SELF Major... a.k.a JURUSAN AKU wakakakakkkkkk..."
"Psiko!!!!!!!,...wkwkwkwkwkkkk"

Suara canda dua gadis itu meledak mengusir sepi kos-kosan di malam itu. Melepaskan kepenatan akan batasan-batasan di dunia nyata.
Dan mulai surut terhenti ketika Lana mulai menancapkan colokan ceret pemanas air.
"Malam ini kita akan melaksanakan upacara minum teh wkwkwkwk.."
"1 1/2 sendok gula,..jangan terlalu panas"
"Ok ibu Kepsek!"

...bip..bip...bip..bip... bip..bip...sebuah ringtone monophone bergaya ala alarm Anggota power Ranger mendapat sinyal bahaya dari markas mem-pause diskusi sementara mereka. Lana berusaha meraih telepon selulernya dan kemudian membaca sebuah pesan singkat.

(To Be Continued)

***

Previous Episode Cita-cita Dalam Nadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar